HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI










Ramli Randan
SOP No Dokumen 137/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

Kode ICD X untuk HIV/AIDS tanpa komplikasi adalah Z21.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan HIV/AIDS tanpa komplikasi.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesin da menggali 
    1. Keluhan:
      • Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan
      • Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.
      • Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat badan dasar.
      • Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.
    2. Faktor Resiko:
      • Penjaja seks laki-laki atau perempuan
      • Pengguna NAPZA suntik
      • Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan transgender
      • Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
      • Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)
      • Pernah mendapatkan transfusi darah
      • Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV
      • Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
      • Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV
  2. Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital dan fisik:
    1. Keadaan Umum
      • Berat badan turun
      •  Demam
      • Kulit
      • Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering dan dermatitis seboroik
      • Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas herpes zoster
      • Pembesaran kelenjar getah bening
    2.  Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis
    3. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
    4. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
    5. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretraNeurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis
  3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang : rapid tes HIV dengan 2 pendekatan
    1. VCT = voluntary counseling and testing
    2. PITC = provider initiated testing and counseling
  4. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.HIV secara klinis dibagi 4 stadium
    1. Stadium 1 asimptomatik
      • Tidak ada penurunan BB
      • Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
    2. Stadium 2 sakit ringan
      • Penurunan BB bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya <10% dari perkiraan BB atau BB sebelumnya)
      • ISPA berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis media, faringitis)
      • Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
      • Keilitis angularis
      • Ulkus mulut yang berulang
      • Ruam kulit yang gatal (popular pruritic eruption)
      • Dermatitis seboroik
      • Infeksi jamur pada kuku
    3. Stadium 3 sakit sedang
      • Penurunan BB yang tidak diketahui penyebabnya (>10% dari perkiraan BB atau BB sebelumnya)Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan
      • Demam menetap yang tidak diketahui penyebabnya
      • Kandidiasis pada mulut yang menetap
      • Oral hairy leukoplakiaTuberkulosis paru
      • Infeksi bakteri yang hebat (contoh : pneumonia, empyema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakterimia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
      • Stomatitis nekrotikans ulseratif akut, gingivitis, atau periodontitis
      • Anemia yang tidak diketahui penyebabnya (Hb < 8 g/dL), neutropenia (< 0,5 x 10 g/L) dan/atau trombositopenia kronis (< 50 x 10 g/L)
    4. Stadium 4 sakit berat (AIDS)
      • Sindrom wasting HIV
      • Pneumonia pneumocystis jiroveci
      • Pneumonia bakteri berat yang berulang
      • Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian manapun)
      • Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru)
      • Tuberkulosis ekstra paru
      • Sarkoma Kaposi
      • Penyakit sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening)
      • Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
      • Ensefalopati HIV
      • Pneumonia kriptokokus ekstrapulmoner, termasuk meningitis
      • Infeksi mikobakterium non tuberkulosis yang menyebar
      • Leukoencephalopathy multifocal progresif
      • Kriptosporidiosis krooni
      • Isosporiasis kronis
      • Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
      • Septikemi yang berulang (termasuk Salmonella nontifoid)
      • Limfoma (serebral atau Sel B non-Hodgkin)
      • Karsinoma serviks invasive
      • Leishmaniasis diseminata atipikal
      • Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simtomatis
  5. Petugas melakukan tatalaksana rujukan. Jika sudah dipastikan pasien menderita HIV, rujuk ke rumah sakit dengan pelayanan antiretro viral therapy
  6. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi pada pasien dan atau keluarganya :
    1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.
    2.  
  7. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien
HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait

Pelayanan Umum 

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan