STRONGYLOIDIASIS










Ramli Randan
SOP No Dokumen 146/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Strongyloidiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, cacing yang biasanya hidup di kawasan tropic dan subtropik.

Kode ICD X untuk strongyloidiasis adalah B78.9.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan strongyloidiasis.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Kementrian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014

5. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya, berkaitan dengan:
    1. Rasa gatal pada kulit.
    2. Pada infeksi sedang dapat menimbulkan gejala seperti ditusuk-tusuk didaerah epigastrium dan tidak menjalar.
    3. Mual
    4. Muntah
    5. Diare dan konstipasi saling bergantian
    6. Faktor Risiko:
      • Kurangnya penggunaan jamban.
      • Tanah yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung larva Strongyloides stercoralis.
      • Penggunaan tinja sebagai pupuk.
      • Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
  2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
    1. Kelainan pada kulit “creeping eruption” berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari dengan predileksi pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
    2. nyeri epigastrium
  3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (surat pengantar ke laboratorium).
    1. laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan cacing dewasa Strongyloides stercoralis. (tidak tersedia)
    2. laboratorium darah: eosinofilia atau hipereosinofilia, pada banyak kasus jumlah sel eosinofilia normal. (tidak tersedia)
  4. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
  5. Petugas melakukan tatalaksana penyakit.
    1. Menjaga kebersihan diri dan lingkunga
    2. Menggunakan jamban keluarga.
    3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
    4. Menggunakan alas kaki.
    5. Hindari penggunaan pupuk dengan tinja.
    6. Farmakologi:
      • Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
      • Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
  6. Petugas melakukan rujukan pada pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti penderita AIDS
  7. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
    1. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga.
    2. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.
    3. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
    4. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan menggunakan sabun.
    5. Menggunakan alas kaki.
  8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
  9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien
STRONGYLOIDIASIS
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait

Pelayanan Umum 

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan