STROKE










Ramli Randan
SOP No Dokumen 134/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler.

Kode ICD X untuk stroke adalah I63.9.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan stroke.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.

5. Alat dan Bahan
6. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesis dan ditemukan keluhan mendadak berupa:
    • Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemiparesis, hemiplegi).
    • Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan
      tungkai (hemihipestesi, hemianesthesi).
    • Gangguan bicara (disartria).
    • Gangguan berbahasa (afasia).
    • Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda (diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-anopsia).
    • Nyeri kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang pada saat terjadi serangan stroke.
  2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik:
    1. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus diukur kanan dan kiri.
    2. Pemeriksaaan jantung paru.
    3. Pemeriksaan bruitkarotis dan subklavia.
    4. Pemeriksaan abdomen.
    5. Pemeriksaan ekstremitas.
    6. Pemeriksaan neurologis:
      • Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan Glassgow Coma Scale (GCS).
      • Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque,
        Kernig, dan Brudzinski.
      • Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X,dan saraf kranialis lainnya.
      • Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis.
      • Sensorik.
      • Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi,
        nistagmus.
      • Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa, memori dll).
    7. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
      pemeriksaan refleks batang otak:
      • Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik sentral, apneustik, ataksik.
      • Refleks cahaya (pupil).
      • Refleks kornea.
      • Refleks muntah.
      • Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon).
  3. Petugas melakukan diagnosis awal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Cara skoring ROSIER (Recognition of Stroke in Emergency Room) dapat digunakan pada stroke akut. 

    Skor 0 tidak selalu mengeksklusi terjadinya stroke.
    Stroke juga dapat dibedakan menjadi:
    • Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat,
      muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.
    • Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.
  4. Petugas melakukan tatalaksana berupa pertolongan pertama,yaitu:
      • Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi.
      • Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat.
      • Memberikan oksigen bila diperlukan.
      • Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20-30 derajat.
      • Memantau irama jantung.
      • Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12 jam).
      • Mengukur kadar gula darah (finger stick).
      • Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia berat).
      • Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah sakit layanan sekunder.
      • Menenangkan penderita.
  5. Petugas melakukan rujukan ke layanan sekunder untuk tatalaksana lebih lanjut setelah kondisi pasien stabil.
  6. Petugas melakukan Rencana Tindak Lanjut:
    1. Memodifikasi gaya hidup sehat.
    2. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari
      lingkungan perokok.
    3. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol.
    4. Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes.
    5. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik
      atau TIA. Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai
      aktivitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat atau
      meningkatkan denyut jantung 1-3 kali perminggu.
    6. Mengontrol faktor risiko
      • Tekanan darah
      • Gula darah pada pasien DM
      • Kolesterol
      • Trigliserida
      • Jantung
    7.  Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet.
  7. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi:
    • Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya serangan kedua.
    • Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer.
    • Mengawasi agar pasien teratur minum obat.
    • Membantu pasien menghindari faktor risiko.
  8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien 
STROKE
7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait
  1. Pelayanan Umum 
  2. Ruang Tindakan 

 

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan