6. Prosedur |
- Petugas melakukan anamnesis dan ditemukan keluhan mendadak berupa:
- Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemiparesis, hemiplegi).
- Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan
tungkai (hemihipestesi, hemianesthesi).
- Gangguan bicara (disartria).
- Gangguan berbahasa (afasia).
- Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda (diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-anopsia).
- Nyeri kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang pada saat terjadi serangan stroke.
- Petugas melakukan pemeriksaan fisik:
- Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus diukur kanan dan kiri.
- Pemeriksaaan jantung paru.
- Pemeriksaan bruitkarotis dan subklavia.
- Pemeriksaan abdomen.
- Pemeriksaan ekstremitas.
- Pemeriksaan neurologis:
- Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan Glassgow Coma Scale (GCS).
- Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque,
Kernig, dan Brudzinski.
- Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X,dan saraf kranialis lainnya.
- Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis.
- Sensorik.
- Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi,
nistagmus.
- Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa, memori dll).
- Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak:
- Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik sentral, apneustik, ataksik.
- Refleks cahaya (pupil).
- Refleks kornea.
- Refleks muntah.
- Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon).
- Petugas melakukan diagnosis awal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Cara skoring ROSIER (Recognition of Stroke in Emergency Room) dapat digunakan pada stroke akut.
 Skor 0 tidak selalu mengeksklusi terjadinya stroke. Stroke juga dapat dibedakan menjadi:
- Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.
- Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.
- Petugas melakukan tatalaksana berupa pertolongan pertama,yaitu:
-
- Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi.
- Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat.
- Memberikan oksigen bila diperlukan.
- Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20-30 derajat.
- Memantau irama jantung.
- Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12 jam).
- Mengukur kadar gula darah (finger stick).
- Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia berat).
- Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah sakit layanan sekunder.
- Menenangkan penderita.
- Petugas melakukan rujukan ke layanan sekunder untuk tatalaksana lebih lanjut setelah kondisi pasien stabil.
- Petugas melakukan Rencana Tindak Lanjut:
- Memodifikasi gaya hidup sehat.
- Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari
lingkungan perokok.
- Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol.
- Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes.
- Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik
atau TIA. Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat atau meningkatkan denyut jantung 1-3 kali perminggu.
- Mengontrol faktor risiko
- Tekanan darah
- Gula darah pada pasien DM
- Kolesterol
- Trigliserida
- Jantung
- Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet.
- Petugas melakukan Konseling dan Edukasi:
- Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya serangan kedua.
- Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer.
- Mengawasi agar pasien teratur minum obat.
- Membantu pasien menghindari faktor risiko.
- Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien
|