SCHISTOSOMIASIS










Ramli Randan
SOP No Dokumen 76/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/3
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Schistosomiasis adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke).

Kode ICD X untuk schistosomiasis adalah B65.9

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan schistostomiasis.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya, berkaitan dengan:
    1. Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronchitis, nyeri abdominal. Biasanya terdapat riwayat terpapar dengan air danau atau sungai 4-8 minggu sebelumnya, yang kemudian berkembang menjadi ruam kemerahan (pruritic rash)
    2. Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi misalnya:
      • Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga nyeri saat berkemih, disebabkan oleh urinary schistosomiasis biasanya disebabkan oleh hematobium.
      • nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh intestinal skistosomiasisoleh biasanya disebabkan oleh mansoni, S. Japonicum juga S. Mekongi.
      • Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan oleh hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan oleh Japonicum.
    3.  Faktor Risiko: Orang-orang yang tinggal atau datang berkunjung ke daerah endemik di sekitar lembah Napu dan Lindu, Sulawesi Tengah dan mempunyai kebiasaan terpajan dengan air, baik di sawah maupun danau di wilayah tersebut.
  2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
    1. Pada skistosomiasis akut:
      • Limfadenopati
      •   Hepatosplenomegaly
      • Gatal pada kulit
      •  Demam
      •  Urtikaria
      • Buang air besar berdarah (bloody stool)
    2. Pada skistosomiasis kronik:
      •  Hipertensi portal dengan distensi abdomen, hepatosplenomegal
      • Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
      • Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
      • Intestinal polyposis
      • Ikterus 
  3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan tinja secara langsung untuk melihat telur dan atau larva cacing dalam tinja dan sedimen urin (bila tersedia)
  4. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
  5. Petugas melakukan tatalaksana sesuai penyakit dan tingkat keparahan.
    1. Pengobatan diberikan dengan dua tujuan yakni untuk menyembuhkan pasien atau meminimalkan morbiditas dan mengurangi penyebaran penyakit
    2. Prazikuantel
      • Untuk S. mansoni, S. haematobium, S. intercalatum: dosis 40 mg/kg badan per hari oral dan dibagi dalam dua dosis perhari
      •  Untuk S. japonicum, S. mekongi: dosis 60 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga dosis perhari
    3. Rencana Tindak Lanjut
      • Setelah 4 minggu dapat dilakukan pengulangan pengobatan.
      • Pada pasien dengan telur cacing positif dapat dilakukan pemeriksaan ulang setelah satu bulan untuk memantau keberhasilan pengobatan
  6. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
    1. Hindari berenang atau menyelam di danau atau sungai di daerah endemik skistosomiasis.
    2. Minum air yang sudah dimasak untuk menghindari penularan lewat air yang terkontaminasi.
  7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
  8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien 
SCHISTOSOMIASIS
6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait

Pelayanan UmumĀ 

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan