GAGAL JANTUNG










Ramli Randan
SOP No Dokumen 251/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angkan kematian.

Kode ICD X untuk gagal jantung adalah I50.9.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan gagal jantung

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Alat dan Bahan
6. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya, berkaitan dengan keluhan:
    1. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
    2. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
    3. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
    4. Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada orangtua
    5. Faktor Risiko: a. Hipertensi b. Dislipidemia c. Obesitas d. Merokok e. Diabetes melitus f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya g. Riwayat infark miokard
  2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
    1. Peningkatan tekanan vena jugular
    2. Frekuensi pernapasan meningkat
    3. Frekuensi nadi dan regularitasnya
    4. Tekanan darah
    5.  Kardiomegali
    6. Gangguan bunyi jantung (gallop)
    7. Ronkhi pada pemeriksaan paru
    8.  Hepatomegali
    9.  Asites
    10. Edema perifer.
  3. Petugas memberikan pengantar pemeriksaan penunjang
    1. Rontgen thoraks (kardiomegali, gambaran edema paru/alveolar edema/butterfly appearance)
    2. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan gambaran abnormal lainnya.
    3. Darah perifer lengkap
  4. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
    1. Kriteria Mayor:
      • Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
      • Distensi vena-vena leher
      • Peningkatan tekanan vena jugularis
      • Ronkhi
      • Terdapat kardiomegali
      • Edema paru akut
      • Gallop (S3)
      • Refluks hepatojugular positif
    2. Kriteria Minor:
      • Edema ekstremitas
      • Batuk malam
      • dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
      • Hepatomegali
      • Efusi pleura
      • penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
      • takikardi >120 kali per menit
  5.  Petugas melakukan tatalaksana
    1. Modifikasi gaya hidup:
      • Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter (berat)
      • Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1 maksimal gram (berat)
      • Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
    2. Aktivitas fisik:
      • Pada kondisi akut berat: tirah baring
      • Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd 80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
  6.  Penatalaksanaan farmakologi pada gagal jantung kronik:
    1. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke Layanan Sekunder.
    2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
    3. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
    4. Digoxin diberikan bila ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu cepat.
  7. Penatalaksanaan farmakologi pada gagal jantung akut:
    1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
    2. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
    3. Cari pemicu gagal jantung akut.
    4. Segera rujuk.
  8. Petugas melakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung/spesialis penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut
  9. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi,
    1. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering adalah tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah.
    2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di rumah sakit.
    3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
    4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan berinteraksi.
    5. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.
  10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien 
GAGAL JANTUNG
7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait

Pelayanan Umum 

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan