EPISTAKSIS










Ramli Randan
SOP No Dokumen 180/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang berasal rongga hidung atau nasofaring.

Kode ICD X untuk epistaksis adalah R04.0.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan epistaksis.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Alat dan Bahan
6. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesa
    • Keluhan:
      • Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung
      • Harus ditanyakan secara spesifik mengenai:
      • Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau tenggorok)
      • Banyaknya perdarahan
      • Frekuensi
      • Lamanya perdarahan
    •  Faktor resiko:
      • Trauma
      • Adanya penyakit dihidung yang mendasari : rhinosinusitis, rhinitis alergi
      • Penyakit sistemik, seperti kelaianan pembuluh darah, nefritis kronis, demam berdarah dengue
      • Riwayat penggunaan obat-obatan seperti NSAID, aspirin, warfarin, heparin, tiklpoin, semprot hidung kortikosteroid
      • Tumor baik jinak maupun ganasbyang terjadi di hidung, sinus paranasal, atau nasofaring
      • Kelainan kongenital, misalnya hereditary hemorrhagic telangiectasia/ osler’ disease
      • Adanya deviasi septum
      • Pengaruh lingkungan, misanya tinggal didaerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan dengan udara yang sangat kering
      • Kebiasaan
  2. Petugas melakukan pemerisaan fisik :
    • Rinoskopi anterior
      • Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari anterior ke posterior.vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, diding lateral hidung dan konka inferior harus diperiksa dengan cermat untuk mengetahiu sumber pendarahan.
    • Rinoskopi posterior
      • Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan epistaksis berulang untuk menyingkirkan neoplasma
    • Pengukuran tekanan darah
      • Tekanan darah erlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karaena hiperensi dapat meneyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering berulang.
  3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila diperluka yaitu darah perifer lengkap dan skrining koagulopati (bleeding time, clotting time) bila tersedia
  4. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan bila perlu pemeriksaan penunjang.
  5. Petugas melakukan tatalaksana: tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu:
    • Menghentikan perdarahan
    • Mencegah komplikasi
    • Mencegah berulannya epistaksis
  6. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarganya yaitu:
    • Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan gejala suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbunya kembali epistaksis
    • Mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi
    • Memghindari membuang lender melalui hidung terlalu keras
    • Menghindari memsukkan benda keras kedalam hidung, termasuk jari dibutuhkan pengawasan lebih ketat pada pasien anak
  7. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan, seperti aspirin atau ibuprofen
  1.  
  1. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
  2. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien 
EPISTAKSIS
7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait

Pelayanan Umum

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan