1. Pengertian |
Bell’s palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Kode ICD X untuk bell’s palsy adalah G51.0.
|
2. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan bell’s palsy. |
3. Kebijakan |
|
4. Referensi |
Kementrian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014 |
5. Alat dan Bahan |
|
6. Prosedur |
- Petugas melakukan anamnesis :
- Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan onset akut (periode 48 jam)
- Nyeri auricular posterior
- Penurunan produksi air mata
- Hiperakusis
- Gangguan pengecapan
- Otalgia
- Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital dan fisik secara menyeluruh:
- Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah). Pada lesi UMN ( lesi supra nuclear di atas nukleus pons ), 1/3 wajah bagian atas tidak mengalami kelumpuhan. Muskulus orbikularis, frontalis dan korugator diinervasi bilateral pada level batang otak. Inspeksi awal pasien memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan.
- Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
- Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
- Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
- Petugas melakukan diagnosis, berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik
- Petugas meakukan Tatalaksana berupa:
- Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
- Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
- Fisioterapi
- Petugas melakukan rujukan jika ditemukan:
- Bila dicurigai kelainan supranuklear
- Tidak menunjukkan perbaikan
- Petugas melakukan Konseling dan Edukasi:
- Menjelaskan tentang penyakitnya
- Kunjungan ulang dan minum obat secara teratur
- Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
- Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien
|
7. Diagram Alir |
 |
8. Unit Terkait |
Pelayanan Umum |