ANGINA PECTORIS










Ramli Randan
SOP No Dokumen 285/SOP/GRC/III/2019
No Revisi 0
Tanggal Terbit 04 Maret 2019
Halaman 1/2
Klinik Pratama Rawat Jalan
Gracia
1. Pengertian

Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.

Klasifikasi Angina:

  1. Stable Angina Pectoris (angina pectoris stabil): Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan, sesuai dengan berat ringannya pencetus, dibagi atas beberapa tingkatan: 1. Selalu timbul sesudah latihan berat. 2. Timbul sesudah latihan sedang (jalan cepat 1/2 km) 3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m) 4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
  2. Unstable Angina Pectoris (angina pectoris tidak stabil/ATS) di masyarakat biasa disebut Angin Duduk:.. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.
  3. Angina prinzmetal (Variant angina): Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.

Klasifikasi Angina Pektoris menurut Canadian Cardiovascular Society :

  1. Kelas I: Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul ketika melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam waktu yang lama)
  2. Kelas II: Adanya pembatasan aktivitas sedikit/ aktivitas sehari-hari (naik tangga dengan cepat, jalan naik, jalan setelah makan, stres, dingin)
  3. Kelas III: Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik karena sudah timbul gejala angina ketika pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga baru 1 tingkat
  4. Kelas IV: Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman, untuk melakukan aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat juga bisa terjadi angina

Kode ICD X untuk angina pectoris adalah I20.9.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan angina pektoris.

3. Kebijakan
  • Keputusan Kepala Klinik Gracia Nomor 98/SK/GRC/I/2023 tentang
    Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktis Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.

5. Alat dan Bahan
6. Prosedur
  1. Petugas melakukan anamnesis dan menggalinya, berkaitan dengan keluhan nyeri dada:
    1. Letak: sering nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu.
    2. Kualitas: nyeri dada seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
    3. Hubungan dengan aktivitas: biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga; Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada; nyeri hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
    4. Lamanya serangan nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadangkadang perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang; berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
    5. Nyeri dada bisa disertai keringat dingin , mual, muntah, sesak dan pucat.
  2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik. Sewaktu terjadi serangan angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Walau jarang pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina. Dapat juga ditemukan pembesaran jantung.
  3. Petugas melakukan pemeriksaan EKG didapatkan:
    1. Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan
      angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina, dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST atau gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
    2. Gambaran EKG penderita angina tak stabil/ATS dapat berupa
      depresi segmen ST, inversi gelombang T, depresi segmen ST
      disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang berkas His dan bisa tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun bersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai Infark Miokard Akut (IMA).
  4. Petugas melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
  5. Petugas melakukan tatalaksana
    1. Oksigen dimulai 2 L/menit
    2. ISDN 5 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 5 mg peroral
      sampai mendapat pelayanan rawat lanjutan di pelayanan
      sekunder.
    3. Beta bloker: Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam.
    4. Antipletelet. Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan akut.
  6. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi, memberitahu individu dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup yaitu:
    • Mengontrol emosi danmengurangi kerja berat dimana
      membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya.
    • Mengurangi konsumsi makanan berlemak.
    • Menghentikan konsumsi rokok dan alkohol.
    • Menjaga berat badan ideal.
    • Mengatur pola makan.
    • Melakukan olah raga ringan secara teratur.
    • Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan
      diabetes secara teratur.
  7. Petugas melakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung/spesialis penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut.
  8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi.
  9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
ANGINA PECTORIS
7. Diagram Alir -
8. Unit Terkait

Pelayanan Umum

Rekaman Historis Perubahan
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan